Sabtu, 19 Januari 2013

Tangis Rasulullah Di Malam Perang Badar

"Tangis Rasulullah saw di Malam Perang Badar”

Jibril telah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dan berkata kepada beliau,”Dengan apa kalian menyebut orang-orang yang berjuang di perang Badar ini?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Mereka adalah orang muslim terbaik.” Maka, Jibril berkata, “Begitu pula dengan malaikat yang ikut serta dalam perang Badar ini. Mereka adalah termasuk muslim terbaik. “
Perang Badar merupakan perang yang sangat penting dalam sejarah Islam , perang dimana sebuah keyakinan, kecintaan dan kepatuhan di pertaruhkan. Ketika keraguan terhadap kemahakuasaan Allah swt di pertanyakan, Seakan Allah swt ingin memperlihatkan kepada kita semua, bahwa pernah hidup sekelompok manusia, yang rasa cinta terhadap Allah dan Rasul-Nya bukan hanya di mulut tapi sudah dalam bentuk perbuatan, bahkan rasa cinta tersebut mengalahkan rasa cinta terhadap diri mereka sendiri.
Jumlah kekuatan kaum muslimin saat perang tersebut adalah 313 sampai 317 orang. Mereka terdiri dari kaum Muhajirin 82 atau 86 orang, Bani Aus 61 orang, dan kalangan Khazraj 170 orang. Mereka berja­lan dengan hanya membawa 2 kuda dan 70 unta. Maka, setiap dua orang atau tiga saling bergantian dalam mengendarai satu unta. Sangat berbeda jauh dengan jumlah yang di miliki oleh kaum kafir Qurais, Jumlah mereka mencapai 1.300 orang. Mereka membawa 100 tentara berkuda, 600 tentara berbaju besi, dan sejumlah unta yang sangat banyak jumlahnya. Pasukan bangsa Quraisy ini dipimpin oleh Abu Jahal.
Bila kita berfikir dengan otak kita maka sangat mustahil kaum muslimin akan bisa mengalahkan pasukan yang begitu besar dan menggunakan peralatan yang canggih pada masa itu, tapi sekali lagi keimanan dan keyakinan yang sempurna mengalahkan segala bentuk keraguan karena mereka adalah pahlawan Badar, orang-orang yang telah Allah swt pilih untuk mendampingi kekasih-Nya tercinta, Rasulullah saw.
Keimanan mereka mencapai titik sempurna, andaikan hati mereka di keluarkan dan di cacah, maka tak akan ada satu ruang-pun yang berisikan kecintaan melebihi kecintaan terhadap Allah swt dan Rasul-Nya.
Sa’ad ibn Muadz-pembawa bendera Anshar-pun saat itu angkat suara Maka, ia pun segera bangkit dan berkata, “Demi Allah, Kami telah beriman kepadamu, sehingga kami akan selalu membenarkanmu. Dan kami bersaksi bahwa ajaran yang engkau bawa adalah benar. Karena itu, kami berjanji untuk selalu mentaati dan mendengarkan perintahmu. Berangkatlah wahai Rasululah Shalallahu ‘alaihi wasallam, jika itu yang engkau kehendaki. Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan nilai-nilai kebenaran, seandainya engkau membawa kami ke laut itu, kemudian engkau benar-benar mengarunginya, niscaya kami pun akan mengikutimu. Sungguh, tidak akan ada satu pun tentara kami yang akan tertinggal dan kami tidak takut sedikit pun kalau memang engkau memper­temukan kami dengan musuh-musuh kami esok hari. Sesungguhnya, kami adalah orang-orang yang terbiasa hidup dalam peperangan dan melakukan pertempuran. Semoga Allah memperlihatkan kepadamu berbagai hal dari kami yang dapat memberikan kebahagiaan bagimu. Maka, marilah kita berjalan menuju berkah Allah.”
Pertarungan begitu sengitnya dengan jumlah kaum muslimin yang tak seimbang. Tapi sekali lagi, apabila Allah swt telah berkehendak maka pasti akan terjadi, begitupun sebaliknya.
Kegagalan dan keberhasilan bukan ada di tangan manusia, melainkan ada atas ijin dan kuasa-Nya. Dan pertolongan-Nya akan turun seiring dengan seberapa besar rasa ketergantungan kita pada-Nya. Ketika keimanan kita melemah, kerindukan kita akan surga-pun padam, dan ketakutan kita terhadap neraka-pun menipis, tapi sebaliknya, ketika keimanan kita meningkat maka surga dan neraka bukan lagi menjadi tujuan, melainkan hanya keridhaan-Nya lah yang menjadi pengharapan.
Sesungguhnya “pohon” jihad di jalan Allah swt tidak disirami kecuali oleh air mata orang-orang yang shalat tahajud di kegelapan malam, ketika manusia-manusia sedang asik dalam buaian mimpi panjang. Para mujahid bangun dan bermunajad kepada-Nya. Mereka tidak tumbuh dan berbunga kecuali dengan ruku dan sujud dalam ke nikmatan tahajud mereka. Beginilah cara imam para mujahid, imam para panglima, utusan Tuhan semesta alam, Muhammad saw mengajarkan kepada kita.
Kemenangan terhadap musuh-musuh Allah swt tidak akan bisa tercapai andai tanpa doa dan air mata saat tahajud di kegelapan malam. Allah swt akan menolong dan mengukukan langka-langka kita mana kala kita menjadikan tahajud sebagai sarana untuk memohon bantuan-Nya.
Ibnu Katsir rahimahullah menggambarkan keadaan Nabi saw pada malam perang badar. “Pada waktu malam perang badar , Rasulullah saw melakukan shalat di dekat sebatang pohon. Dalam sujudnya beliau memperbanyak, ‘Ya Hayuu, Ya Qayum.’ Beliau mengulang-ngulangi ucapan itu , dan menekuni sholat tahajud sambil menangis dan berdoa terus menerus sampai pagi, dalam doanya Beliau berkata; ‘Ya Allah aku mengingatkan-Mu akan janji-Mu, Ya Allah jangan Engkau meninggalkanku, Ya Allah jangan Engkau membiarkanku, Ya Allah jangan Engkau menyianyiakanku. Ya Allah ini adalah orang Qurais, mereka telah datang dengan kesombongan mereka. Mereka telah menentang dan menuduh bohong utusan-Mu. Ya Allah mana pertolongan-Mu yang Engkau janjikan.’ Beliau berdoa hingga jubahnya terjatuh . Datanglah Abu Bakar sahabat yang selalu menemaninya dikala suka dan duka, Sahabat yang menemani Rasulullah ketika di kejar bala tentara musuh di gua Tsur. Sahabat yang memiliki hati yang begitu lembut, dengan air mata yang menetes ia mengambil jubah Rasulullah saw yang terjatuh kemudian mengembalikan ke pundaknya dan Beliau mengikuti di belakang Rasulullah saw. Dia berkata, “Wahai Nabi Allah cukup bagimu mengingatkan Tuhanmu akan janji-Nya. Karena Ia akan memberikan kepadamu apa yang Ia janjikan. Maka Allah swt menurunkan firman-Nya,” Agar Allah swt menetapkan yang hak ( Islam ) dan membatalkan yang batil ( syirik ) walaupun orang-orang yang berdosa itu tidak menyukainya.” ( QS; Al-Anfal : 9 ). Allah pun menolongnya dengan mengirim malaikat-Nya dalam perang Badar.
Ini lah jalan yang Rasulullah dan para sahabat-nya tempuh, bangun di tengah malam dengan perasaan hina, mengadukan segala kelemahan hanya pada-Nya, karena sesungguhnya hanya Dialah yang maha kuat lagi perkasa, semua permasalahan datang dan kembali pada-Nya.
Saudaraku yang mengaku beriman kepada Allah dan rasul-Nya sekarang Tanya kepada diri kita masing-masing, sudahkah kita meneladani Rasulullah saw, samakah jalan yang kita tempuh dengan jalan orang-orang yang di ridhai-Nya? Samakah malam kita dengan malam-malam mereka? Kemana kita berlari membawa persoalan dalam hidup kita, kepada Allah atau kepada selain-Nya?.
Saudaraku Agama akan tetap bisa tegak selama ada orang yang mau menangis dimalam hari, menangis dengan perasaan hina dan fakir di hadapan-Nya, tahajud adalah jalan orang-orang sholeh , jalannya para Nabi dan Rasul.
Wahai saudaraku letakanlah dirimu pada malam hari di depan pintu-Nya. Katakan kepada Tuhanmu, “ Wahai Tuhanku, banyak yang Engkau miliki selain aku, dan tidak ada yang aku miliki selain Engkau. Maka dengan kebutuhanku terhadap-Mu dan ketidak butuhan-Mu akan diriku, dengan kekuatan-Mu dan kelemahanku, dengan kemulia-Mu dan kehinaanku, Engkau mengasihiku dan mengampuniku. Ini lah diriku yang penuh dengan kesalahan dan kebohongan berdiri di hadapan-Mu. Aku meminta kepada-Mu dengan permintaan orang-orang miskin. Aku pasrah kepada-Mu dengan kepasrahan orang-orang yang tunduk dan hina. Aku berdoa kepada-Mu seperti doanya orang yang ketakutan dan buta . Ya Allah janganlah Engkau menyiksa orang yang telah tersiksa dengan rasa ketakutannya kepada-Mu! Janganlah Engkau membisukan lidah setiap apa yang di riwayatkan dari-Mu! Jangan engkau membutakan mata selama ia menangis karena takut kepada-Mu! Jangalah Engkau mengecewakan harapan yang berkaitan dengan-Mu! Janganlah Engkau membakar wajah yang sujud atas keagungan-Mu dengan Neraka! Janganlah Engkau menyiksa jari-jari yang menulis dalam ketaatan kepada-Mu dengan Neraka. Kuatkan lah lidah ini untuk menyeru seluruh manusia dalam syariat-Mu.”
Ya Allah, hamba bukanlah orang yang pantas untuk menulis teladan-teladan ini. hamba tak pantas untuk bercerita tentang kebaikan-kebaikan orang-orang yang Engkau kasihi. Tetapi semua ini hamba lakukan karena rasa kecintaan terhadap orang-orang yang telah menemani kekasih-Mu, Rasulullah saw, di sepanjang hidup beliau dan karena rasa pengharapan agar kelak Engkau bangkitkan hamba yang hina ini dalam jamaah Rasulullah saw dan para sahabatnya.
Ya Allah jadikan kami, anak keturunan kami serta seluruh umat manusia orang-orang yang selalu bertobat dan mendekat kepada-Mu. Ya Allah jadikan dakwah maksud hidup kami, hidup untuk dakwah , dakwah sampai mati dan mati dalam dakwah, Ya Allah hancurkanlah orang-orang yang menjadikan dakwah untuk tujuan dunia, Amien….
Bahan Bacaan : Kehidupan Para Sahabat karya Maulana Muhammad Yusuf al Kandalawi rah.a , Bersujud dalam Keheningan karya Abu Al-Hamidy